Suku Batak
hanya memiliki satu bahasa yakni bahasa Batak karena satu sama lain
pada Batak memiliki banyak persamaan. Perbedaan pada setiap puak di
Batak terletak pada dialek-dialek yang digunakan. Secara garis besar,
dialek bahasa Batak dibagi menjadi dua yaitu Batak Karo (Utara) dan
Batak Toba (Selatan). Makanya, kadang tidak memungkinkan adanya
komunikasi antara kedua kelompok tersebut.
Adapun
bahasa yang dipakai di bagian Utara selaian Batak Karo juga digunakan
dialek Alas (kelompok non-Batak), dialek Batak Pakpak-Dairi, serta
pelbagai dialek turunannya.
Begitu
pula di bagian selatan, dialek selatan digunakan pula oleh Batak
Angkola dan Mandailing, sehingga disebut juga dengan Angkola-Mandailing.
Hal ini karena bahasa Toba, Angkola, dan Mandaling tidak banyak
berbeda. Bahasa Angkola dan Mandaling merupakan dua bahasa yang
mempunyai sedemikian banyak persamaan.
Persamaan
tersebut karena secara geografis letaknya berdekatan. Tetapi Bahasa
Angkola lebih halus penuturan dan intonasinya dibandingkan Bahasa Batak
Toba. Bahasa Batak Angkola meliputi daerah Padangsidempuan, Batang Toru,
Sipirok, dan seluruh bagian kabupaten Tapanuli Selatan. Sementara
Bahasa Mandailing dengan pengucapannya lebih lembut lagi dari bahasa
Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba.
Banyak penulisan dan pembacaan pada Bahasa Batak Toba tidak sama dalam pembacaannya dengan penulisan. Misalnya:
- /k+h/ => /kk/ : ribakhon dibaca /ribakkon/
-. /m+b/ => /bb/ : somba / sobba/
-. / m+h/ => /pp/ : paasomhu / paasoppu/ dll
Sementara
itu, dialek Batak Simalungun berbeda dengan dialek utara maupun
selatan. Hal ini karena dialek Simalungun berada pada posisi antara
utara dan selatan.
Namun
secara historis bahasa simalungun merupakan cabang dari rumpun selatan,
berpisah dari cabang Batak Selatan sebelum bahasa Toba dan bahasa
Angkola-Mandailing terbentuk. Kemungkinan besar usianya lebih tua dari
cabang wilayah selatan.
Sebagai
akibat dari penjajahan Belanda pada abad ke-19—setelah sebelumnya
berkobar perang antara rakyat Batak dengan pihak kolonial—banyak orang
Batak Toba pindah ke Dairi, Simalungun, dan Alas. Kini, bahasa Toba
banyak digunakan di wilayah Pematangsiantar dan Sidikalang.
Semua dialek bahasa Batak berasal dari suatu bahasa purba (proto language) yang dianggap telah menurunkan beberapa bahasa yang ada. Sebagian kosa katanya melalui linguistic
historis komparatif sampai sekarang diwariskan oleh rumpun batak Utara.
Dalam hal ini, rumpun utara lah yang melesarikan bentuk aslinya.
Misalnya kata untuk bilangan tiga dalam bahasa Batak Purba adalah tělu.
Bentuk ini sampai sekarang diwariskan oleh rumpun Batak Utara, sedangkan
rumpun Batak Selatan mengalami pergeseran dari [ě] menjadi [o],
sehingga tělu berubah menjadi tolu. Namun banyak contoh lainya pula di
mana bentuk aslinya dipertahankan oleh rumpun selatan.
Bahasa Karo dan Simalungun
sering disebut sebagai dua bahasa yang begitu berbeda, sehingga sulit
berkomunikasi satu sama lain. Akan tetapi, di daerah-daerah perbatasan
Karo-Simalungun tidak ada maslah komunikasi karena di situ masing-msaing
bahasa memiliki banyak kata dipinjam dari sebrang pembatas mereka.
Hal
demikian terjadi bukan bukan saja dari segi bahasa, dari segi budaya
pula tidak ada perbedaan yang begitu mencolok di antara kampung-kampung
Simalungun dan karo di daerah perbatasan. Demikian juga halnya di daerah
perbatasan antara bahasa atau budaya Karo dan Pakpak atu Pakpak dan
Toba sekalipun.
0 Comment:
Posting Komentar