Daerah
Suku Muyusecara demografis terletak di dalam zona kaki gunung dan
lembah-lembah kecil, meliputi daerah Sentani, Nimboran, dan Ayamaru. Onderafdeling Muyu itu adalah sebidang tanah sempit, hampir bujur sangkar, di sepanjang batas Papua Nugini.
Onderafdeling Muyu
adalah daerah peralihan antara tanah datar di pantai dan daerah
pengunungan tengah. Di selatan tanahnya datar, dan di dekat Sungai Fly
ada rawa-rawa luas. Di antara pertemuan Sungai Muyu dan Kao dan garis
lintang Mindiptana, tanah yang landai menjadi berbukit-bukit dan terjal.
Sedikit demi sedikit tanahnya bertambah tinggi dari sekitar 100 m
sampai kira-kira 700 m di atas permukaan laut.
Ciri
iklimnya ialah curah hujan yang tinggi. Angka tertinggi di Irian Barat
tercatat di Ninati. Bukit barisan tengah mempunyai pengaruh yang dominan
atas curah hujan. Di satu pihak, dari arah datangnya angin, pegunungan
itu mempunyai dampak menghalau yang memaksa angin naik dan uapnya
berkondensasi menjadi hujan. Di lain pihak, di bawah angin, badai guntur
yang disebabkan oleh naiknya angin secara lokal di pegunungan, terbawa
oleh angin ke dataran rendah, yang menyebabkan turunnya hujan di petang
hari.
Angin
yang dipaksa naik menimbulkan musim kemarau, yang di Merauke masih
sangat kering, tetapi berubah sifatnya sewaktu mendekati pegunungan, dan
selepas daerah peralihan Digul, menjadi pembawa hujan yang terpenting.
Aliran
daerah dataran rendah Sungai Iwur, Membuat daerah Suku Muyu menjadi
berbukit-bukit, dan banyak tempat sukar dilalui. Untuk daerah antara
Mindiptana dan Sungai Iwur aliran sungai-sungai besar merupakan sarana
perhubungan yang penting, menjadi "sarana transportasi" alam di daerah
yang terbelah-belah oleh sungai itu.
Di
antara orang Muyu, setiap sungai agak penting mempunyai namanya
sendiri. Karena penduduk selalu menggunakan aliran-aliran sungai besar.
Seperti halnya penandaan nama jalan di suatu daerah sebagai alamat.
Khususnya yang penting dalam hal ini ialah aliran-aliran sungai besar
antara Sungai Digul dan Kao, antara Sungai Kao dan Oga, antara Sungai
Kao dan Muyu, dan akhirnya antara Sungai Digul dan Fly. Sungai-sungai
itu praktis mengalir dari utara ke selatan.
Sungai Digul Timur mengalir melalui bagian barat laut dari onderafdeling itu dan Sungai Fly melalui bagian tenggaranya. Anak Sungai Digul Timur terpenting yang mengalir di onderafdeling ini
ialah Sungai Iwur. Sungai Birim, anak sungai dari Sungai Terry (Tedi)
atau Sungai Alice mengalir melalui bagian timur laut dari bekas onderafdeling itu. Dan Sungai Terry bermuara di Sungai Fly.
Untuk
orang Muyu hanya sungai-sungai Kao, Muyu, dan Fly yang penting untuk
lalu lintas air. Sampai Mindiptana, Sungai Kao dapat ditempuh dengan
perahu motor. Karena arusnya yang kuat dan banyaknya jeram, sesudah
Woropko dan Ninati, dari tempat itu Sungai Kao dan Muyu tidak dapat
dilalui lagi. Di daerah itu penduduk menggunakan jembatan gantung dari
rotan.
Berbeda
dengan daerah rawa-rawa di bagian selatan, seluruh daerah itu tertutup
oleh hutan. Batang-batang pohonnya relatif ramping, akar-akarnya
biasanya tidak tertanam lebih dalam dari 30—50 cm. Pohon-pohon besar
tidak tahan terhadap angin besar. Semak-semak di bawah pohon di hutan
kurus-kurus dan jarang sehingga relatif mudah diatasi.
Di
daerah antara Sungai Kao dan Muyu, di sebelah selatan dari garis
Woropko-Komera, tidak terdapat banyak garam penyubur tanaman pada tanah
liat kuning dan cokelat kekuning-kuningan yang terdapat di hampir
seluruh daerah itu. Begitu juga pada lumpur tanah liat yang berwarna
seperti berangan (chestnut) di sepanjang Sungai Kao antara Mindiptana dan Amburan.
Keadaan
tanah yang seperti itu mengasumsikan bahwa satu-satunya bagian dari
daerah itu yang cocok untuk pertanian ialah tanah berpasir di
bantaran-bantaran di sepanjang Sungai Kao dan Muyu. Namun
bantaran-bantaran itu setiap tahun selama beberapa bulan selalu
tergenang air.
Akibat
dari curah hujan yang tinggi: garam-garam penyubur hanyut dari tanah;
jika di daerah yang bergunung-gunung itu hujan memperbesar kemungkinan
erosi. Ringkas kata, daerah Muyu tidak banyak memberi harapan untuk
mengadakan pertanian di daerah yang luas.
Beberapa
faktor di atas menyebabkan terjadinya orientasi nilai budaya masyarakat
Suku Muyu sebagai bentuk penyesuaian terhadap tekanan-tekanan ekologis
seperti keadaan iklim, musim, kesuburan tanah, persediaan sumber-sumber
daya, dan sumber-sumber pendukung seperti air dan lain-lain.
0 Comment:
Posting Komentar