ESA akan meluncurkan satelit Sentinel 1A ke luar angkasa. Satelit
tersebut adalah bagian dari proyek observasi bumi ambisius Eropa. Selain
memantau perubahan iklim, Sentinel 1A juga bisa memetakan kawasan
bencana
Riwayat Envisat berakhir tanpa diduga. April 2012 silam satelit berbobot
delapan ton itu tiba-tiba diam seribu bahasa. Upaya ilmuwan di pusat
pengendalian satelit di Darmstadt untuk menyambungkan kembali kontak
dengan Envisat berakhir sia-sia. Sejak saat itu, satelit observasi
tersebut mengorbit bumi tanpa fungsi. Ilmuwan mengklaim butuh 150 tahun
untuk gaya gravitasi bumi menarik satelit kembali ke dalam atmosfer.Kini Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang bersiap meluncurkan satelit pengganti yang diberi nama Sentinel 1A. Satelit tersebut termasuk ke dalam proyek ambisius Eropa memantau perubahan iklim, polusi, deforestasi dan membantu pemetaan wilayah bencana.
ESA bakal meluncurkan Sentinel 1A pada Kamis malam (3/4) pukul 21:02 GMT atau sekitar pukul 03:00 WIB dari stasiun luar angkasa Kourou, Guinea Perancis. Saat ini ESA sedang memproduksi enam satelit lain yang akan diluncurkan untuk melengkapi proyek Copernicus senilai 5,2 Miliar US Dollar.
"Proyek observasi bumi paling ambisius"
"Copernicus adalah program observasi bumi paling ambisius yang pernah ada," tulis ESA dalam laman internetnya. "Proyek itu akan menyediakan informasi yang akurat, cepat dan mudah diakses publik untuk memperbaiki manajemen lingkungan dan memahami dampak perubahan iklim."
Sentinel 1A akan diikuti oleh satelit lain, Sentinel 1B yang bakal diluncurkan akhir tahun depan. Beroperasi di ketinggian 700 kilometer, kedua satelit yang orbitnya bakal terpisah sejauh 180 derajat mampu memproduksi citra radar bumi dalam enam hari.
Kepulauan Canaria adalah citra radar terakhir yang dibuat satelit observasi Eropa, Envisat sebelum menghilang pada 8 April 2012.
Penginderaan radar memiliki banyak keuntungan, antara lain bisa
digunakan untuk menemukan gunung es agar mencegah terjadinya tabrakan
dengan kapal atau memantau polusi udara dan perubahan struktur tanah.Hujan Data dari Langit
Citra tersebut juga bisa dipakai untuk memetakan kawasan bencana yang membantu tim penyelamat mengevakuasi korban atau menemukan infrastruktur yang tidak terkena dampak bencana. Sentinel 1A bisa mengidentifikasi benda hingga ukuran lima meter.
Satu-satunya kelemahan satelit buatan Perancis dan Italia itu adalah sifatnya yang boros energi. Instrumen Sentinel 1A misalnya harus didinginkan setelah pemakaian intensif selama 25 menit. Selama proses pendinginan itu Sentinel 1A memang masih bisa membuat pencitraan radar, namun dalam resolusi yang jauh lebih rendah.
Proyek Copernicus ESA akan mengorbitkan sebuah jaringan yang terdiri atas lima jenis satelit yang berbeda. Tantangan terbesar antara lain adalah mengolah jumlah data yang bakal dikirimkan ke bumi.
Sentinel 1A saja akan mengirimkan data sebesar 3 Terabyte setiap harinya ke bumi. Sebagai perbandingan, semua instrumen pada satelit Envisat cuma memproduksi sepesepuluh dari jumlah tersebut. Selain itu untuk proyek Copernicus, ESA akan membeli data-data lain dari satelit yang sudah ada.
0 Comment:
Posting Komentar